THX TO PERTIWI

August 01, 2007

MERTI PERTIWI yang dilaksanakan RUMAH PELANGI pada tanggal 27 Mei 2007 lalu telah berakhir tanpa halangan berarti. Sungguh suatu hal yang luar biasa ketika warga Desa Sitimulyo mempercayai kami untuk melakukan ritual di desa mereka.

Apa sich itu?? Beberapa kawan yang menanyakan apakah itu suatu bentuk untuk memperingati 1 tahun gempa DIY – Jateng?? Kami semua bersepakat TIDAAAKKK…. Gempa kok diperingati..

Pada tanggal 27 Mei 2007 di pagi yang cerah kita melakukan penelusuran pada sepanjang sisi sungai Opak, sungai yang konon satu tahun lalu merupakan sumber bencana alam. Sebuah penelusuran makna bahwa manusia akan selamanya menyusu pada alam. Tanpa adanya bencana pun alam pun kita semua seringkali mendustai kenyataan bahwa kita tergantung padanya. Kerusakan alam yang terjadi wajib kita perbaiki. MERTI PERTIWI merupakan penghormatan pada alam. MERTI PERTIWI adalah ritual pengakuan kita pada kedaulatan alam.



MERTI PERTIWI saat itu (semoga saat lain pula) bersama-sama dengan 90 anak berguru pada alam. Anak-anak tersebut berasal dari 6 dusun di Desa Sitimulyo (Dusun Somokaton, Kuden, Ngampon, Nganyang, Ngijo, dan Ngablak). Difasilitasi oleh relawan/wati Rumah Pelangi: Durnomo, Duryoko, Durgambir, Brahm, Anton, Miris, Rahmat Kar"tolo", Bahar, Ridwan, Iwan, Desi, Joe the Borneo – Java species, Erni, Dini, Ayu, Erna, Rina, Temennya Ayu, Yuli, Bendot, Diah, Lina, Bu Guru temennya mbak Erni, " " (lupa namanya), " " (lupa namanya lagi), Uli, Kendal, dan teman-teman "cangkingan dadakan yang lain", Sahabat-sahabat dari Dusun Somokaton, Kuden, Ngampon, Nganyang, Ngijo, Ngablak, Banyakan III, Karang Ploso, Padangan (thx to mas Bambang Kuden yang mengerahkan
massa riilnya. Tahun depan jadi kepala desa yaaa...) Disamping itu dukungan mahasiswa/i UGM yang sedang KKN disana juga sangat berarti. Juga teman-teman dari Universitas Ahmad Dahlan yang bertugas melayani kesehatan peserta maupun panitia sungguh peran tidak terkira. Tidak lupa kehadiran rekan-rekan media beberapa hari sebelum sampai sesudah acara.

Pada awalnya keseluruhan tim berkumpul di TPA Kuden. Tim menjadi 9 regu dimana masing-masing terdiri dari 10 anak. Perjalanan pertama mereka adalah menuju pos I memutari bukit Petir di dusun Peden dan membawa beberapa tanaman untuk ditanam di tempat yang ditentukan sesuai kartu yang diterima.

Di pos I fasilitator telah mempersiapkan permainan air limbah untuk mengajarkan anak-anak pentingnya memelihara air dari kerusakan karena racun ataupun limbah yang menyertainya. Pos ini dijaga oleh Bahar, Kundori, dan Jayadi, fasilitator lokal dari Dusun Nganyang. Tim yang telah menyelesaikan kegiatannya di pos ini diberi tugas lagi untuk membawa beberapa tanaman untuk ditanam sesuai kartu yang ada di batangnya di sepanjang perjalanan menuju pos II..

Di Dusun Padangan, tepatnya di sebelah saluran air (orang setempat menyebutnya: larik) Gambir, Reni (dari dusun Ngampon) dan beberapa rekan sudah siap mengguyur anak-anak dengan permainan Menimba Air dimana bertujuan untuk mengenalkan pentingnya berhemat dan berhati-hati menjaga air). Setelah canda ria menyelesaikan pos ini, masing-masing tim lagi-lagi dibekali beberapa tanaman untuk ditanam menuju pos antara, yakni sebuah arena yang disiapkan untuk mengajak tim-tim yang sampai di tempat tersebut dengan berbagai permainan yang keseluruhannya menggunakan bahan baku serat alam. Di pos ini tercatat ada Desi, Yoko, Yuli, Joe, dll meladeni anak-anak bergembira.

Pos III, uji adrenalin. Adalah mas Acil, warga dusun Kuden yang pakar di bidang tali-temali. Mas Acil dan asistennya Edi (KKN UGM) selama dua hari memasang slink (kabel baja) sepanjang 125 meter untuk memberikan kenikmatan 10 detik, menguji keberanian pada anak-anak: MELUNCUR DI ATAS SUNGAI OPAK Tentu saja ada beberapa yang belum memanfaatkan kesempatan ini dan mereka memilih naik mobil memutari desa menuju pos berikutnya.

Pada perjalanan menuju pos IV ini anak-anak diberi bonus untuk tidak menanam pohon (hee.heee...heee).Sampai di seberang, dipandu petunjuk dari daun maupun pelepah, anak-anak dituntun menuju pos IV yang ditunggu komandan Bambang (lagi-lagi dia) untuk belajar dan mencoba
RAPPLING.

Sambil menunggu kesabaran mas Bambang membimbing anak-anak, masing-masing tim menanam pohon yang disediakan di sekitar pos itu. Juga ada permainan LONCAT KODOK (mengurutkan nomer) yang difasilitasi mbak Erna.

Lepas dari sini, banyak terdengar gelak tawa ketika masing-masing tim menyusuri LARIK (ingat bahasa lokal itu??) menggunakan BANTING (mutasi genetik dari BAN BEKAS - RAFTING). Mereka harus pandai-pandai menyeimbangkan diri dalam tim supaya tidak kejebur sampai ke tempat finish.

Memangnya seperti apa sich tempat finish?? Tepat di tempat mereka keluar dari air sudah ada "hutan jati" dan berbagai macam permainan tradisional yang telah disiapkan.

Di tengah hutan ini diselenggarakan festival seni dengan meminimalisir penggunaan peralatan pabrikan yang digunakan. Tiada panggung yang digelar, tiada atap yang disiapkan. Instalasi yang digunakan menggunakan daun-daun kering (thx untuk mas Ngijo - Tugiman atas instalasi spektakuler nya)... 'Tentu saja listrik, soundsystem masih diperkenankan ada disini untuk menggemakan acara.

Ketika itu (khan dulu...) teman-teman dari Dusun Kuden, Ngampon, Ngijo, bergantian pentas tari dan puisi. Bintang tamu yang hadir adalah teater anak serta tim jimbe dari ANAK WAYANG INDONESIA. Momen yang spektakuler...

Bagaimana anak-anak bersemangat menyusuri pinggiran sungai sepanjang kurang lebih 5km itu? Salah satu kuncinya tentu saja pasokan logistik... disana teman-teman panitia sudah bersepakat bahwa hanya dihadirkan makanan/kue tradisi yang dibuat oleh ibu-ibu warga setempat. Minimalkan plastik, tidak diperkenankan produk yang berasal dari gandum. Ada cerita ketika pagi-pagi, kiriman kue yang datang setiap bijinya terbungkus rapi dengan plastik. Atas kesadaran bersama,
teman-teman dengan senang hati melepas semua kue tersebut dari plastik dan membungkus ulang dengan daun pisang. Haa..haa...haa...

Apa sih yang menarik lagi dari MERTI PERTIWI? Masing-masing regu (10 anak) dibekali 1 kamera digital & masing-masing anak dibekali buku dan peralatan tulis untuk mencatat tugas yang diberikan (thx to PLAN INDONESIA untuk total 9 kameranya)... waaau...bikin hardisk langsung penuh nich.. Mau tahu hasil jepretan anak-anak itu? silahkan klik: http://www.rumahpelangi.blogspot.com/ dan nikmati lokalitas yang ada..

Terima kasih pula kepada teman-teman fotografer Mas Pratanda dkk (Eric Estrada, Karolus Naga, Hindra, Aul, Titis and Karolin Steiger) yang dengan senang hati tapi berat beban (kamera) mau mengikuti setiap langkah anak-anak...

lihat:

http://theauthorisdead.blogspot.com/2007/06/sitimulyo.html

atau coba searching menggunakan kata kunci sitimulyo di: http://www.fotografer.net/ untuk menikmati keriangan hati anak-anak yang tak terkira..

Bagaimana itu semua bisa terselenggara:

Tidak terkatakan... Ada teman-teman Sitimulyo yang bersama-sama menggodog acara, Ada UNICEF, ICMC Ada hendicam dari PLAN INDONESIA dan RUMAH SINGGAH DIPONEGORO yang mengiringi langkah bocah...
Penontooonnnn...
dll...
dll...
dll...
lupa namanya...
lupa wajahnya
lupa orangnya...
tidak lupa hatinya....

Sebuah semangat mendorong kami pula melakukan yang terbaik saat itu karena tanpa diminta pihak Kecamatan Piyungan mengutus seorang wakilnya untuk ikut pula menelusuri rute melihat anak-anak riang gembira sampai finish. Pak H. Kadarisman selaku Kepala Desa Sitimulyo yang panas-panas menunggu di pinggir pematang untuk menyapa anak-anak. Pamong desa dan dusun yang hadir di tempat finish bergelak tawa melihat anak-anak memainkan alat permainan ketika mereka kecil..

Sampai... petang datang ketika saat itu kami mengakhiri acara. MERTI PERTIWI judul kami...
ANAK BERGERAK ALAM SEMARAK motto kami KESELARASAN ALAM tujuan kami...


=========
A testimony . . .
=========

on May 27th 2007, me with some friends; Eric Estrada, Pratanda NR, Hindra, Aul, Titis and Karolin Steiger went to Kuden, we had a job to photographed an event. It was the Outbond of Kudens elementary students, a work of an NGO called Rumah Pelangi with UNICEF. I was late that moment, i guess it was the worst morning on the whole life
of mine. First I forgot to change my GSM card so that Pratanda was confuse when he called my XL number, he got mailboxed. Second, I lost my bike key ... then I have to unplug the power wire. Some guys thiught that I stole the bike, gee ... !! and finally, I went to wrong location. I went to Kunden (with "n") not Kuden, where it was about 10 killos from Sitimulyo, so I had to turn back and had to rush coz the children already leaving the school... it was 9:30 ... the event started at 7:30 kikikiki


And another funny story with Eric and Hindra also Aul.. when we wanted to go across the riverside which is only about 10 metres, but we walked round the hill (about 2 kms) to get there... that moment I told them "dude, this is what i called OUTBOND!!" .....


Finally, the day was perfect with the request of the day: a song that will be remembered even when other songs make a platinum or even gold record.... it was our theme song at Sitimulyo: ok, sing it outloud, "sitimulyo, sitimulyo, siyimulyo ..... sido mulyo (Hindras version ..
kikikiki) and another shocking moment when " I LOST MY BIKE" at nite whe we were about to go home... I said to Eric (whispered at him) "Eric, motor gw ga ada..." then he replied "yang bener ..." also whispering. that time I hope someone woke me up from the dream ... I thought I was gonna say bye to "rere" (my Astra Grand 1997) but some chicks moved it into the class room so it became more safer... thanks a lot Sis ... anyway here some picture that I captured with my old school camera, Nikon F4 and Lucky SHD 100 cheap film that most of them are UE ahahahaha

lihat: http://theauthorisdead.blogspot.com/2007/06/sitimulyo.html

==============================
==============================

Ingin tahu cerita lebih lanjut...

kami masih punya TLATAH BOCAH... sebuah Hajat Budaya.... dari Anak oleh Anak untuk Semua...
datang dan hadiri pada tanggal 1 - 2 Agustus 2007 di Dusun Gowok Pos, Desa Sengi, NEGERI MERAPI... sebuah dusun yang tahun lalu sebagian warganya meninggalkan kampungnya karena sebuah kata: M E L E T U S

1 comments:

Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.